Ambigu


  • A: Apalah arti pulang ketika setiap tempat senantiasa berbisik perlahan, "Aku adalah rumah."
  • A: Adakah rumah terbatas pada usia, pada harum bunga di halaman depan, atau memori yang tertinggal di bawah bantal kesayangan?
  • B: Sebenarnya, tak perlu kita pulang untuk bertemu rumah.
  • A: Maksudmu? Apa mungkin, pulang diciptakan agar ada alasan untuk pergi?
  • A: Barangkali, kita tidak pernah benar-benar pulang atau pergi?
  • A: Barangkali, pergi sebenarnya adalah pulang, begitupula pulang sesungguhnya adalah pergi.
  • A: (mengambil nafas dalam)
  • A: (diam sejenak, membiarkan pikirannya meliar)
  • B: Barangkali, kita semua hanya sedang menunggu untuk bangun dari mimpi?
  • B: (membiarkan waktu untuk memberi jeda di antara sela-sela pikirannya, gaung setiap katanya terdengar bersautan di belakang kepala)
  • A: Kalau memang begitu adanya, kurasa tak apa.
  • A: Sebab tidak semua mimpi tak nyata. Mungkin juga, tidak semua pulang ke rumah dan setiap pergi itu ke sana.
  • B: (menutup mata, berserah pada gaduhnya lompatan pikiran, lalu perlahan membuka mata)
  • B: Aku ingin jadi mimpi yang nyata dan nyata yang tak ada.
  • A: (tertawa kecil)
  • A: Suatu saat kita akan ada di sana.
  • B: Di sana...
  • B: Apa mungkin itu yang mereka maksud dengan rumah?
  • A: Mungkin. Mungkin saja ia rumah... atau mungkin juga bukan.
  • A: Tapi aku yakin untuk berada di sana, kita tak perlu lagi pulang atau pergi.
  • B: Hahaha, kamu ini gila. Pembicaraan ini sudah gila.
  • A: Tak ada salahnya kan bermimpi?
  • A: Mungkin saja kita bisa menjadi mimpi yang nyata
  • B: ...dan nyata yang tak ada.
  • B: Hahaha.. Di sana ya?
  • A: Iya, aku tunggu kamu di sana.

Comments

Popular Posts